Setiap orang tua pasti mengharapkan bahwa kelahiran anak/buah hati mereka dalam keadaan normal, namun dalam kenyataan kadangkala harapan atau impian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan karena dalam proses kelahiran bahkan sesudah kelahiran anak mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal atau mengalami beberapa gangguan tertentu sehingga anak memiliki kebutuhan khusus seperti gangguan pada anak autis.
Beberapa permasalahan yang secara umum terdapat pada anak dengan gangguan autis adalah pada aspek sosial dan komunikasi yang sangat kurang atau lambat serta perilaku yang repetitif. Keadaan ini dapat kita amati pada anak seperti kekurang mampuan anak untuk menjalin interaksi sosial secara baik dan memadai, kurang kontak mata, ekspresi wajah yang kurang ceria atau hidup serta gerak-gerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak dapat bermain dengan teman sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung menjadi penyendiri bahkan tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Ciri-ciri Anak Autis
1. Dalam bidang atau aspek komunikasi anak autis mengalami permasalahan pada kemampuan berbicara yang sangat lambat.
2. Cara bermain anak autis sangat kurang variatif, kurang imajinatif serta tidak dapat meniru.
3. Secara tiba-tiba sering menangis tanpa sebab
4. Menolak untuk dipeluk
5. Tidak menengok atau menoleh bila dipanggil namanya
6. Tidak tertarik pada berbagai jenis atau bentuk permainan, namun seringkali bermain dengan benda-benda yang bukan permainan, misalnya bermain sepeda bukan dinaiki tapi sepeda tersebut dibalik dan ia memutar-mutar bolanya
7. Anak dengan gangguan autis juga sering menunjukkan kemampuan atau keterampilan yang sangat baik tapi sebaliknya sangat terlambat apabila menggambar sesuatu objek secara baik dan rinci.
8. Anak autis biasanya tidak dapat mengancing bajunya
9. Pintar atau terampil bongkar pasang permainan tertentu tapi sangat sulit/sukar mematuhi dan mengikuti perintah
10. Dapat berjalan tepat pada usia normal tapi tidak dapat berkomunikasi
11. Sangat lancar membeo bicara tapi tidak dapat atau sulit berbicara dari diri sendiri,
12. Pada suatu waktu dapat secara tepat dan cepat melakukan sesu
Beberapa Kriteria Autisme Untuk Menegaskan Seorang Anak Mengidap Autisme
1. Aspek sosial
• tidak mampu menjalani interaksi sosial yang memadai, seperti kontak mata sangat kurang hidup, ekspresi muka kurang hidup, ekspresi mata kurang hidup, dan gerak-geriknya kurang tertuju.
• Tidak dapat bermain dengan teman sebaya
2. Aspek Komunikasi
• Sering menggunakan bahasa yang aneh dan berulang-ulang
• Jika bicara, biasanya tidak dipakai untuk berkomunikasi
3. Aspek perilaku
• Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya
• Seringkali sangat terpukau pada benda
Penyebab Autisme
Autisme juga merupakan sebuah gejala yang kompleks, karena kelainan pada anak autisme seringkali tidak hanya terjadi pada satu bagian, namun meliputi banyak faktor. Di bawah ini beberapa faktor penyebab kelainan yang bisa terjadi pada anak autisme:
a) Kelainananatomis otak
kelaianan pada bagian-bagian tertentu otak yang meliputi cerebellum (otak kecil), lobus parietalis, dan sistem limbik ini mencerminkan bentuk-bentuk perilaku berbeda
yang muncul pada anak-anak autis.
b) Faktor pemicu tertentu saat hamil
Terjadi pada masa kehamilan 0-4 bulan, bisa diakibatkan karena infeksi, zat adiktif, hiperemesis, pendarahan berat dan lain-lain.
c) Zat-zat adiktif yang mencemari otak anak
Contohnya seperti asupan MSG, protein tepung terigu, zat pewarna dan bahan pengawet
d) Gangguan sistem pencernaan
Seperti kurangnya enzim sekretin diketahui berhubungan dengan munculnya gejala autisme.
e) Kekacauan interpretasi dari sensori
Hal ini yang menyebabkan stimulus dipersepsi secara berlebihan oleh anak sehingga menimbulkan kebingungan juga menjadi salah satu penyebab autisme.
f) Jamur yang muncul di usus anak
Akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan dapat memicu ganguan pada otak.
Cara Orang Tua Menghadapi Anak Autisme
Perlu dipahami bahwa anak autis dapat mencapai pertumbuhan yang optimal jika didukung dengan penanganan yang baik. Penanganan yang baik ini membutuhkan keterbukaan dari orangtua untuk mengkomunikasikan kondisi anak mereka secara jujur pada dokter jiwa anak, dokter anak, terapis, psikolog, guru di sekolah, termasuk saudara-saudara di dalam keluarga besar. Keluarga merupakan lingkungan dimana anak menghabiskan waktunya selama masa-masa pertumbuhan. Itu kenapa kita perlu mengatur agar keluarga menjadi sebuah lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal. Berikan sebanyak mungkin pengalaman baru yang menstimulasi terbentuknya sambungan synaps diotak anak. Jangan menyembunyikan di dalam rumah atau lingkungan terbatas. Ajak anak autis untuk bersosialisasi dan terhubung dengan banyak hal baru sebagaimana anak-anak pada umumnya di usia perkembangan mereka. Kita dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak di rumah dengan melatih beberapa kemampuan berikut
a. Wajah yang terarah
Dasar yang pertama dilakukan pada umunnya ketika seseorang berbicara dengan orang lain adalah melihat wajah lawan bicaranya, karena itu anak autis yang biasanya kesulitan melakukan kontak mata, pertama kali latihlah ia untuk melihat wajah dari lawan bicaranya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melatih anak melihat wajah :
• Jangan mulai pembicaraan sebelum anak melihat kepada anda
• Dekatkan mainan atau benda yang sangat disukai anak ke wajah anda sehingga anak mengikutinya sebelum mulai berbicara
• Setiap kali terjadi kontak mata dengan anak anda meskipun tidak disengaja,usahakan untuk melakukan suatu pembicaraan
• Bermainlah “ci luk ba” untuk melatih kesadaran anak dengan wajah orang lain di sekitarnya
b. Suara yang terarah
Anak-anak autis seringkali tidak memahami makna dari bunyi yang didengarnya, dan itu bunyi apa. Latihlah anak untuk sadar dengan berbagai bunyi yang ada di sekitarnya dengan beberapa aktivitas sebagai berikut :
• Pekalah terhadap reaksi anak saat mendengar bunyi tertentu, langsung tunjukan pada anak dimana sumber bunyi tersebut berasal.
• Mainkan bunyi-bunyian secara bergantian dari berbagai arah, dan pancing anak untukmenemukan dari arah mana sumber bunyinya.
• Biasakan anak bercakap-cakap dengan anda di berbagai suasana, sepi atau ramai
c. Suasana bersama antara anak dengan orang tuanya
Kemampuan berbahasa kita secara otomatis berkembang ketika kita berada di tengah lingkungan yang terus menerus menggunakan bahasa tersebut. Percakapan sehari-hari yang kita dengar sejak bayi membuat kosa kata kita bertambah dengan sendirinya tanpa ada yang mengajarkannya secara sengaja. Karena itu percakapan antara anak dengan orang tua atau dengan orang lain yang ada di sekitarnya sangat penting perannya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Sering-seringlah mengajak anak berbicara dalam situasi apapun. Ceritakan pada anak apapun, lepas dari ia benar-benar mengerti atau tidak. Memang orang tua seringkali terkesan “cerewet” dalam hal ini, tapi ini akan berdampak positif untuk perkembangan bahasa dan wicara anak.
d. Tanggapan terhadap apa yang ingin dikatakan anak
Kadang-kadang anak berusaha mengatakan sesuatu, namun karena kemampuan bicara dan bahasanya yang masih terbatas, ia hanya mengatakan dengan menggunakan isyarat, ekspresi wajah, atau kata-kata yang tidak lengkap. Misalnya saat ingin minum, anak hanya menunjuk sambil bilang ‘eeegghh…eghhh..” saat reperti ini dibahasakanlah kehendak anak dengan kalimat yang jelas “Andi haus dan ingin minum dengan cangkir warna hijau”.
e. Manfaatkan kepandaian anak dalam meniru
Anak memiliki kemampuan meniru sesuatu dengan sangat baik. Ada baiknya kita memanfaatkan kemampuan ini dengan memberikan model bahasa atau kata-kata yang sesuai. Misal dengan menggunakan flashcard lalu kita mengucapkan nama gambar di dalam flashcard. Lakukan sesering mungkin dan terus-menerus.
f. Berikan apresiasi positif atau inisiatif anak bercerita
Ketika anak menceritakan sesuatu tentang dirinya sendiri, misalnya tentang mainannya, temannya atau apapun secara spontan, selalu sempatkan untuk memberi tanggapan dengan bahasa indonesia yang baik dan benar yang sering dipakai dalam percakapan sehari-hari. Beri apresiasi atas apa yang diceritakan anak sehingga anak termotivasi untuk berceritera kembali lain kali. Hindari sikap mengabaikan atau komentar yang membuat anak merasa enggan untuk berbicara lagi lain kali seperti “adek berisik ah, mama jadi gak bisa mikir nih”. Apresiasi secara positif kemauan anak untuk bercerita dan pancing dengan berbagai pertanyaan yang membuat anak bercerita lebih banyak. Selingi aktivitas bercakap-cakap dengan kegiatan yang menyenangkan seperti meminta anak menggambarkan bentuk mainan yang diceritakannya, atau binatang yang dilihatnya, memperagakan bagaimana kejadian yang dilihatnya tadi, agar anak lebih bersemangat.
g. Kembangkan komunikasi yang penuh empati
Biasakan juga untuk melibatkan percakapan yang mewakili muatan emosi untuk mengembangkan emosi anak terhadap sesuatu disekitarnya. Anak autis seringkali kesulitan memahami apa yang ada di sekitarnya. Dengan mengembangkan percakapan yang bermuatan emosi membantu anak sekaligus untuk belajar peka dan memahami situasi disekitarnya, misalnya : “lihat kaki kucingnya terluka,pasti sakit sekali kakinya ya, kasihan……, ayo kita obati” atau “adek tadi jatuh ya ? kasihan, pasti sakit ya rasanya? Lain kali hati-hati ya ?”
h. Berbicara benar dalam berbagai situasi
Biasakan untuk melakukan percakapan lengkap dengan anak dalam kondisi apapun, saat anak bermain, di rumah, di sekolah, dalam kegiatan apapun yang sedang dilakukan anak. Meskipun anak masih kesulitan mengucapkan kata atau kalimat yang benar, teruslah berbicara pada anak dengan bahasa yang baik dan benar. Hal ini akan menstimulasi otak anak untuk memodel kalimat dan kata yang benar. Kalimat-kalimat yang kita ucapkan menjadi input di otak anak untuk direkam dan dikeluarkan kembali pada saat ia berbicara nantinya.
i. Permainan tiba-tiba
Permainan tiba-tiba merupakan permainan tidak terencana karena mengajari anak berbicara dari apa yang menarik perhatian anak saat itu. Misalnya anak tertarik pada kaleng berkas yang kebetulan tergeletak di lantai. Lantas anak mengambil, membuka dan menutup kaleng tersebut. Kesempatan ini dapat digunakan oleh orang tua atau terapis untuk mengajari konsep “ buka “ atau “tutup”. Caranya, orang tua atau terapis menutup kaleng sambil mengatakan, “tutup”. Lantas penutup kaleng tersebut diberikan kepada anak. Kemudian minta anak untuk mengikuti apa yang dilakukan sebelumnya. Atau, bisa juga menggunakan kaleng lain, agar orang tua atau terapis dan anak melakukan permainan ini secara bersamaan. Cara yang sama dilakukan juga untuk mengajari konsep,”Buka”.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.