×

Cegah Sejak Dini Kelahiran Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

Bagikan Artikel :

Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan prediktor utama angka kesakitan dan kematian bayi. BBLR adalah salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga biasanya membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagian besar dilahirkan dari ibu yang menderita energy kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Klasifikasi BBLR

a. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) : BB < 2500gr

b. BBLSR (Berat Badan Lahir Sangat Rendah) : BB 1000-1500gr

c. BBLESR ( Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah) : BB <1000 gr

Faktor Penyebab BBLR

Faktor Ibu

a. Gizi saat hamil kurang

b. Umur < 20 tahun / lebih 35 tahun

c. Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat.

d. Ibu pendek, tinggi badan < 145 cm

e. Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok dan narkotik.

Faktor kehamilan

a. Kehamilan hidramnion (kelebihan air ketuban)

b. Hamil ganda (kembar)

c. Perdarahan antepartum (usia kehamilan mulai dari 22 minggu sampai bayi lahir)

d. Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD

Faktor janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi dalam rahim

c. Gangguan metabolisme pada janin.

Tanda – tanda klinis

a. Berat kurang dari 2500 gram

b. Panjang kurang dari 45 cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

e. Pergerakan kurang dan lemah.

f. Kepala lebih besar

g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

h. Otot hipotonik lemah

i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

j. Kepala tidak mampu tegak

l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit

m. Nadi 100–140 kali / menit

n. Otot-otot masih hipotonis (konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah) sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha abduksi (gerakan menjauhi tubuh), sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.

o. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.

p. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.

q. Kepala mengarah ke satu sisi.

r. Kulit tipis dan transparan, lanugo (rambut halus di sekitar tubuh) banyak, lemak subkutan (letaknya tepat di bawah kulit) kurang, sering tampak peristaltik usus (gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan).

s. Tulang rawan dan daun telinga imatur.

t. Puting susu belum terbentuk dengan baik.

u. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.

v. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

w. Testis belum turun (pada laki laki).

x. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita),

Komplikasi pada BBLR

1. Sindrom gangguan pernapasan

Disebut juga penyakit membran hialin (kantung udara pada paru-paru bayi tidak dapat tetap terbuka karena tingginya tegangan permukaan) karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.

2. Pneumonia Aspirasi

Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna.

3. Perdarahan intra ventikuler

Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia (kurangnya oksigen) otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.

4. Hyperbilirubinemia

Bayi BBLR lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi berat badan bayi lahir normal. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.

5. Masalah suhu tubuh

Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)

6. Aspirasi mekonium

Mekonium yaitu air ketuban yang tercampur mekonium/tinja janin yang sering diikuti pneumotaritas. Ini disebabkan stress yang sering dialami bayi pada persalinan.

7. Hemoglobin

Related Posts :

    Protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia (kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh) kronik di dalam uterus.

    8. Hipoglikemia

    Kadar gula di dalam darah berada di bawah kadar normal terutama bila pemberian minum terlambat.

    9. Keadaan lain yang mungkin terjadi

    Seperti asfiksia (tidak bisa bernafas secara sopontan), perdarahan paru yang pasif, hipotermia (mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin), cacat bawaan akibat kelainan kromosom (down’s sindrom, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.

    10. Bayi prematur

    Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukkan antibodi belum sempurna.

    Cara Mencegah BBLR

    1. Tunda Kehamilan

    Jika usia <20 tahun dan pertimbangkan kembali jika usia >35tahun. Ada baiknya pasangan menikah menunda kehamilan jika usia istri belum genap 20 tahun. Ini karena pada usia di bawah ini biasanya tubuh masih dapat tumbuh, meski tidak signifikan. Dengan begitu, dikhawatirkan asupan nutrisi bagi ibu dan janin tidak tercukupi. Risiko kelahiran bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada ibu dengan usia kehamilan remaja. Selain usia ibu yang terlalu muda, usia ibu di atas 35 tahun juga memiliki risiko yang sama. Hal ini karena kondisi badan serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi perkembangan janin dalam rahim yang bisa mengakibatkan bayi berat lahir rendah.

    2. Penuhi Asupan Nutrisi

    Perbanyaklah konsumsi makanan yang bergizi seimbang. Penuhi asupan dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Selain itu, cukupi kebutuhan air. Selama proses kehamilan, kebutuhan energi dan zat gizi ibu meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Meskipun volume makanan rendah, kandungan zat gizi tinggi dapat menjadi salah satu solusi untuk mencukupi kebutuhan energi dan zat gizi ibu. Jika konsumsi ibu baik, potensi outcome kehamilan seperti bayi berat lahir rendah tentu berkurang.

    3. Keluarga yang Berencana

    Ada baiknya pasangan suami istri memiliki pemikiran untuk melakukan perencanaan keluarga, termasuk perencanaan untuk memberi jarak kelahiran pada anak. Jarak ideal adalah kurang lebih 2 tahun dari jarak kehamilan sebelumnya.

    4. Aktivitas dengan Batas

    Pada ibu yang merasa kehamilannya sedikit bermasalah, membatasi aktivitas fisik adalah hal penting. Hindari melakukan pekerjaan yang terlalu berat dan melelahkan pada masa kehamilan agar bayi dalam kandungan dapat tumbuh dengan sehat. Hal ini karena apabila ibu melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang berat, itu akan mengurangi aliran darah ke janin. Selain itu, ibu hamil juga harus beristirahat dengan cukup agar hormon stres dapat dinetralisasi.

    5. Peduli Diri dan Kehamilan

    Cegah kelahiran bayi berat lahir rendah dengan peduli pada diri sendiri, yaitu perbaiki status gizi prahamil dan lakukan pemeriksaan antenatal (kehamilan) secara rutin. Status gizi prahamil merupakan faktor yang sangat memengaruhi kenaikan berat badan selama kehamilan. Statu gizi ibu hamil yang perlu diperhatikan adalah indeks masa tubuh (IMT) prahamil, kadar hemoglobin (Hb), dan kecukupan zat gizi mikro lain sebelum hamil, seperti zink, folat, dan iodium. Indeks masa tubuh (IMT) masa prahamil akan aman jika ibu berada pada angka 18,5—25 kg/m2 dan kadar hemoglobin normal (12 mg/dl). Dengan status gizi yang normal, ibu akan lebih mudah mencapai berat badan yang pas. Selain status gizi prahamil, ibu juga perlu melakukan pemeriksaan antenatal (kehamilan). Minimal melakukan kunjungan ke petugas kesehatan adalah 1 kali pada trimester 1 (0—3 bulan), 1 kali pada trimester 2 (4—6 bulan), dan 2 kali pada trimester 3 (7—9 bulan)

    About : Citra Dewi Amd. Keb

    Citra Dewi Amd. Keb

    Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.

    Untuk konsultasi via WhatsApp klik disini :

  • Bagikan Artikel :

    Terkahir Di Edit : July 24, 2018

    Pertanyaan Pengunjung :

    AWAL KEHAMILAN

  • Oleh : LISA AYUNA
  • 4 tahun, 7 bulan yang lalu

    sya mau tanya dok,bulan agustus kmrin sya trkhir haid tgl 7 dan bulan september belum haid,sya coba tes hasilnya garis dua tpi msih smar2,sya coba test ulng pagi2 hsilnya garis dua dan agak terang dok,apakah itu bisa diktkan positif dok?

  • Oleh : LISA AYUNA
  • Sakit perut saat hamil berbahaya kah?

  • Oleh : Tika
  • 8 tahun, 5 bulan yang lalu

    Selamat pagi bu bidan, saya mau bertanya akhir-akhir ini saya sering mengalami sakit perut oh ya saya sedang hamil 7 bulan apakah hal ini normal atau berbahaya. Mohon jawabannya

    Bercak darah

  • Oleh : Siti Badriya
  • 2 tahun, 4 bulan yang lalu

    Assalamualaikum Bu bidan, saya ria.. maaf saya bertanya, saya selsai haid tgl 25 November, kemudian tgl 02 Desember saya muncul bercak coklat selama kurang lebih 3 hari yg di sertai dg mual lemes lesuh susah tidur dan kram perut, terkadang juga sakit pinggang. Apakah tanda2 tsb merupakan tanda2 akan terjadinya haid? Atau kehamilan? Mohon sarannya buk… Terimakasih…

  • Oleh : Siti Badriya
  • 3x tespek

  • Oleh : samanthabarrient
  • 7 tahun, 2 bulan yang lalu

    Sebelum telat haid sy pernah 2x tespek tp 1 hasil negatif 1 lagi 2 garis tapi samar membayang setelah telat haid 2 hari sy tespek lagi namun negaif , yg saya rasakan sdh 2 minggu ini pusing migran mual dan baru2 ini tenggorokan sy sakit . Apakah sy harus nunggu beberapa hari lagi untuk tespek kembali atau sy langsung memeriksakan diri ke bidan/usg ?

    Amankah episiotomi saat persalinan?

  • Oleh : Muhammad Hanif Maulana
  • 8 tahun, 7 bulan yang lalu

    Selamat sore bu bidan, saat ini saya sedang mengandung usia 8 bulan, dan setelah melakukan USG ternyata bayi saya mempunyai berat badan yang tergolong bayi besar. Kata dokter, saya lebih baik melakukan episiotomi. Tetapi saya ragu dan takut akan rasa sakitnya, dan apakah episiotomi itu amak dilakukan? Mohon penjelasannya, terimakasih

    Tanya Bidan