Keju memang sering menjadi bahan-bahan untuk MPASI. Hal ini agar MPASI terasa lezat dan si Kecil lahap ketika memakannya. Selain lezat, keju dipenuhi dengan kandungan protein, lemak, dan vitamin. Selain itu, keju juga tinggi kalsium dan kalori di setiap gigitannya untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Nah, jumlah kalsium dan kalori tinggi ini cocok sekali bagi bayi untuk masa pertumbuhan dan perkembangannya. Tapi sebetulnya mulai usia berapakah bayi boleh makan keju?
Sebagian besar bayi dapat makan keju segera setelah mereka terbiasa mengunyah, biasanya antara usia 6-9 bulan. Meskipun begitu, saran ini memang cukup bervariasi. Kebanyakan dokter anak menganjurkan setidaknya usia 8-10 bulan untuk bayi boleh mulai makan keju.
Aturan makan keju ini khususnya berlaku bagi bayi yang tidak memiliki riwayat alergi makanan dalam keluarga. Namun, jika buah hati Anda memiliki riwayat alergi makanan, tunggu sampai usianya kira-kira mencapai usia 12 bulan.
American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa prinsipnya keju untuk bayi boleh diberikan setelah ia terbiasa dengan beberapa makanan padat asli alias MPASI bayi.
Makanan bayi atau MPASI ini bisa diberikan sembari si kecil tetap menyusu ASI maupun sudah beralih ke susu formula bayi.
Ambil contohnya makanan padat seperti daging, sayur untuk bayi, dan buah untuk bayi. Setelah ini, bayi diperbolehkan untuk mencoba keju.
Mendukung hal yang sama, Mayo Clinic juga menyarankan memberikan keju sebagai makanan jari atau finger food untuk bayi sekitar usia 8-10 bulan.
Akan tetapi, jika Anda sudah mengetahui bahwa bayi Anda mengalami eksim maupun alergi makanan, sebaiknya konsultasikan pada dokter sebelum memberikan keju untuk si kecil.
Keju adalah salah satu jenis makanan yang bersifat allergenic karena mengandung protein susu. Maka itu, untuk beberapa anak tidak disarankan mulai makan keju sampai diizinkan oleh dokter.
Jika bayi alergi keju akan muncul tanda-tanda seperti pembengkakan wajah (termasuk lidah dan bibir), ruam di kulit, gatal, kram perut, muntah, dan diare.
Kondisi tersebut biasanya membuat bayi susah makan sehingga berisiko terjadi masalah gizi pada bayi.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kondisi anak sebelum diberikan keju.
Sementara bila dalam keluarga terdekat Anda memang ada yang alergi keju atau produk susu lainnya, sebaiknya lebih waspada.
Ini karena bisa saja anak bayi memiliki kondisi tubuh yang mirip sehingga membuatnya mengalami gejala alergi untuk beberapa jenis makanan tertentu termasuk keju.
Cara memberikan keju untuk bayi
Ketika memberikan keju pada anak pertama kalinya, sebaiknya berikan di rumah sendiri. Hindari memberikan keju dari makanan di luar, seperti dari restoran atau tempat makan lain.
Ini penting untuk memastikan bahwa keju yang diberikan memang hanya keju asli saja tanpa campuran apa pun. Selain itu, seperti halnya mencoba produk baru, Anda perlu mengamati ada tidaknya efek alergi atau ketidakcocokan pada anak.
Keju boleh disajikan sejak buah hati Anda memulai makanan MPASI. Penting selalu sesuaikan tekstur menurut usia anak Anda. Keju boleh diberikan sebagai pelengkap makanan, bukan sebagai menu utama. Anda juga harus tetap memperhatikan reaksi alergi yang mungkin terjadi.
Jika anak Anda mengalami reaksi seperti muntah, diare, muncul ruam di kulit, sakit perut, perut kembung, bisa jadi anak Anda sensitif terhadap produk susu seperti keju.
Dari sini Anda juga bisa memutuskan untuk memberikan anak keju lagi atau perlu konsultasi lebih lanjut ke dokter.
Selain itu, yang paling penting, untuk mencegah anak tersedak sebaiknya berikan keju dalam bentuk kecil. Potong keju seukuran dengan jari bayi agar bisa digenggam dan dikunyah dengan mudah.
Jenis keju yang boleh diberikan pada bayi
- Cheddar
- Parmesan
- Edam
- Gouda
- Mozarela
- Paneer
- Swiss
- Colby
Cara mengolah keju untuk bayi
- Mencampur telur orak arik dengan keju.
- Keju dihancurkan bersama pisang atau alpukat.
- Memanggang keju di atas roti.
- Lelehkan keju di atas sayuran. Pastikan keju sudah tidak terlalu panas saat disajikan.
- Tambah parutan keju di atas makanannya.
Pada dasarnya, keju untuk bayi bisa Anda olah ke dalam menu makanan utama maupun menu makanan selingan atau camilan untuk bayi. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia, frekuensi makanan utama bayi umumnya tiga kali sehari yakni makan pagi (sarapan), makan siang, dan makan malam. Sementara makanan selingan atau camilan bayi biasanya diberikan sekitar 1-2 kali sehari tergantung nafsu makan si anak. Jadwal bayi makan makanan selingan atau camilan yakni saat setelah sarapan tetapi sebelum jam makan siang dan di sore hari.
Sedikit perbedannya, makanan utama idealnya mengandung aneka zat gizi meliputi karbohidrat untuk bayi, protein, lemak, dan serat untuk anak. Tak terkecuali zat gizi mikro seperti mineral dan vitamin untuk bayi yang juga harus dipenuhi si kecil. Sementara makanan selingan untuk bayi, misalnya keju yang diolah dengan bahan makanan lainnya bisa hanya mengandung beberapa jenis zat gizi tertentu.
Di sisi lain, pastikan Anda memerhatikan proses penyimpanan keju untuk bayi agar tetap awet dan berkualitas baik.Anda dianjurkan untuk menyimpan keju di tempat dingin seperti kulkas guna mencegah keju berada di suhu yang terlalu kering atau lembap. Keju yang tidak disimpan di tempat sesuai akan membuka jalan untuk tumbuhnya jamur dan bakteri.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.