Tes keperawanan dilakukan oleh dokter khusus dengan tujuan untuk menyimpulkan apakah selaput dara seorang wanita masih utuh atau tidak. Tes keperawanan pada saat ini menjadi kontroversi dikalangan masyarakat karena bisa menimbulkan trauma pada wanita.
Selaput dara atau hymen adalah membran mukosa yang menutupi sebagian atau keseluruhanya liang vagina. Karena tes keperawanan dilakukan dengan menginspeksi kondisi vagina wanita, maka tes ini tidak bisa dilakukan ketika seorang wanita masih dalam periode menstruasinya. Keluarnya darah haid akan mengganggu proses pemeriksaan. Karena itu, seorang wanita harus menunggu masa haidnya selesai untuk bisa melakukan ini.
Tes keperawanan ini biasanya dilakukan oleh beberapa instansi untuk mengetahui apakah wanita pernah melakukan hubungan seks pranikah atau tidak. Tes keperawanan juga bisa dilakukan pada beberapa daerah sebelum pernikahan diselenggarakan. Selain itu, bisa juga untuk prosedur pemeriksaan korban pada kasus-kasus perkosaan.
Teknis tes Keperawanan
Wanita yang akan dilakukan pemeriksaan selaput dara harus berbaring dalam posisi litotomi (kedua kaki terbuka, tungkai diangkat dan lutut ditekuk). Pada saat pemeriksaan dokter akan menginspeksi vagina dan memasukan satu atau dua jari untuk memeriksa keutuhan selaput dara. Kondisi rileks diperlukan agar tidak merasa sakit ketika tes dilakukan.
Dampak Dari Tes Keperawanan
Beberapa pengalaman yang terungkap, tes keperawanan dapat menimbulkan rasa sakit, malu, dan trauma untuk seorang wanita karena menyangkut wilayah pribadi perempuan. Namun tes keperawanan masih tercantum sebagai salah satu syarat yang harus dijalani beberapa instansi.
Tes keperawanan pada beberapa instansi yang bertujuan sebagai penilaian moralitas bisa dianggap sebagai diskriminasi, penghinaan terhadap perempuan serta kekerasan berdasarkan gender. Tes keperawanan juga mampu menjatuhkan martabat perempuan serta merusak fisik dan mental mereka. Mereka juga mengalami trauma ketika menghadapi tes keperawanan, merasa tidak nyaman, dan upaya pemulihan tidak dijalankan. Hal ini bisa berdampak pada kehidupan mereka dalam jangka panjang.
Tes Keperawanan Pada Instansi Merupakan Diskriminasi Gender
Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dan perjanjian hak asasi manusia lainnya melarang diskriminasi terhadap perempuan. Karena tes keperawanan tak berlaku untuk laki-laki, praktek ini merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan karena ia bertujuan menghalangi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.
Keefektifitas Pemeriksaan Keperawanan
Hilangnya keperawanan adalah telah masuknya penis ke dalam vagina (penetrasi) atau telah melakukan hubungan seksual. Pada umumnya selaput dara/hymen akan robek saat hubungan seksual pertama kali akibat penetrasi yang dilakukan. Namun robekan mungkin saja tidak terjadi pada jenis selaput dara yang sangat elastis.
Perlu diketahui, robekan pada selaput dara pun tidak harus selalu diakibatkan oleh hubungan seksual. Seperti halnya dapat juga disebabkan karena penggunaan tampon dan olahraga berat yang juga dapat menyebabkan keadaan robekan selaput dara yang tipis strukturnya. Jari yang dimasukkan ke dalam vagina dapat menyerupai aktivitas penetrasi penis dan berpotensi menyebabkan robeknya selaput dara.
Jika jari Anda yang dimasukkan ke dalam vagina sudah cukup dalam dan telah merobek selaput dara Anda maka perdarahan dapat terjadi. Namun, karena belum termasuk hubungan seksual dengan penetrasi penis sehingga belum dapat disimpulkan mempengaruhi keperawanan.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.