Hingga saat ini penularan virus HIV dari ibu ke bayi ketika hamil banyak terjadi. Hal ini karena banyak ibu hamil yang tidak sadar bahwa dirinya sudah terinfeksi karena tanpa gejala. Selain itu banyak juga ibu yang merasa tidak perlu untuk melakukan tes HIV. Padahal tenaga kesehatan sangat menganjurkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Satu-satunya cara untuk mendeteksi HIV adalah dengan melakukan pemeriksaan darah.
Ibu hamil sebaiknya menjalani tes HIV. Jika HIV ini terdeteksi lebih dini, maka risiko untuk menularkannya pada janin dapat ditekan. Ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Apabila Hasil Test Positif
Apabila ibu hamil terdeteksi HIV, ibu hamil sebaiknya memeriksakan kesehatannya secara berkala. Selain itu, ibu hamil juga sebaiknya menjaga kesehatannya agar virus HIV tidak semakin berkembang. HIV merupakan virus yang menyerang daya tahan tubuh, maka menjaga tubuh agar tetap sehat sangatlah penting. Sekali terkena suatu virus atau penyakit, biasanya penyakit akan menjadi semakin sulit untuk disembuhkan. Konsumsi obat HIV, yaitu ARV atau antiretroviral juga sebaiknya dilakukan dengan teratur agar ibu hamil dan janin tetap sehat. Dengan mengonsumsi ARV sejak dini juga risiko bayi yang biasanya tertular mencapai 25-45 persen menjadi di bawah lima persen. Namun konsumsi obat ARV harus sesuai dengan petunjuk dokter agar tidak membahayakan janin.
Alasan Test HIV Wajib Dilakukan
Test HIV wajib dilakukan karena bayi harus dilindungi. Sehingga HIV pada wanita hamil diharapkan tidak mewarisi masalah buat anak-anak masa depan bangsa. Bayi yang terkena HIV akan mendapatkan dampak dari penyakit yang seumur hidup harus melakukan pengobatan. Oleh karena itu pemerintah mewajibkan pemeriksaan HIV pada wanita hamil sejak 2013.
Program Pemerintah Untuk Mencegah Penularan HIV Dari Ibu Hamil Ke Janin
• Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia produktif; Pencegahan sedini mungkin yang efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada anak adalah dengan mencegah perempuan usia produktif tertular HIV. Strategi ini dinamakan pencegahan primer (primay prevention). Pendekatan pencegahan primer ini memiliki tujuan mencegah penularan HIV dari ibu ke anak sedini mungkin, bahkan mencegah perempuan muda usia reproduksi dan pasangannya agar tidak terinfeksi HIV. Aktifitas yang dilakukan dalam pendekatan pertama ini adalah menyebarluaskan edukasi tentang HIV dan AIDS pada perempuan usia produktif, memobilisasi masyarakat untuk terlibat dalam pencegahan HIV, kampanya konseling dan tes HIV bagi perempuan dan pasangannya.
• Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif; Perempuan dengan HIV positif memiliki risiko dengan kehamilannya oleh karenanya konseling yang berkualitas serta penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif akan membantu perempuan HIV positif dapat melakukan hubungan seks yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. Aktifitas yang dilakukan pada pendekatan kedua ini adalah edukasi perilaku seks yang aman,menjalankan konseling dan tes HIV untuk pasangan, promosi dalam penggunaan kondom dan penggunaan kontrasepsi, dan senantiasa menjalankan konseling perencanaan kehamilan di layanan rujukan.
• Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil Positif ke Anak; Staretegi ketiga ini adalah inti dari intervensi pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dalam bentuk pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif, layanan konseling dan tes HIV dengan inisiatif petugas kesehatan, pemberian terapi dan ARV (Anti Retro Viral), perencanaan persalinan yang aman, manajemen pemberian makanan bagi bayi dan anak, pemberian konseling kontrasepsi, pemberian profilaksis pada anak, dan pemeriksaan diagnostik pada bayi dan anak secara rutin oleh tenaga kesehatan.
• Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial dan Perawatan kepada Ibu HIV Positif Beserta Anak dan Keluarganya; Tentunya upaya pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak tidak lantas terhenti setelah ibu melahirkan. Masalah yang sering terjadi adalah munculnya stigma dan diskirimasi terhadap orang dengan HIV-AIDS ini di masyarakat. Oleh karenanya dukungan psikologis dan sosial harus terus dilakukan kepada Ibu tersebut, anak dan keluarganya. Beberapa aktifitas yang terkait dengan pendekatan keempat ini adalah layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat, dukungan dengan adanya kunjungan ke rumah maupun dari teman-teman sesama HIV positif, penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan penceghannya, pemberian ARV jangka panjang, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik diri dan bayinya.
Obat Yang Wajib Dikonsumsi Ibu Hamil
• Selama kehamilan, wanita hamil yang terinfeksi HIV mendapatkan regimen (kombinasi) dari setidaknya tiga obat anti-HIV yang berbeda dari setidaknya dua kelas yang berbeda.
• Selama persalinan dan kelahiran, wanita hamil yang terinfeksi HIV mendapatkan intravena (IV) AZT dan tetap meminum regimen mereka.
• Setelah kelahiran, bayi yang lahir dari wanita yang terinfeksi HIV mendapatkan cairan AZT selama 6 minggu. (Bayi dari ibu yang tidak mendapatkan obat anti-HIV selama masa kehamilan dapat diberikan obat anti-HIV lain sebagai tambahan untuk AZT)
• Selain mengonsumsi obat anti-HIV untuk mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak, wanita hamil yang terinfeksi HIV juga mungkin memerlukan obat anti-HIV untuk kesehatannya sendiri. Beberapa wanita mungkin sudah menerima regimen sebelum kemudian hamil.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.