Maraknya pelecehan seksual dan pemerkosaan yang bahkan dilakukan oleh laki-laki remaja di Indonesia membuat miris. Tak hanya itu kekerasan dalam rumah tangga pun kiam kemari semakin meningkat, menandakan bahwa kurangnya pendidikan untuk menghargai dan melindungi wanita.
Oleh karena itu dibutuhkannya peran orangtua sejak dini untuk mengajarkan anak laki-lakinya untuk berbuat saling menghormati, melindungi dan menjaga wanita. Semakin dini orangtua mengajarkannya, semakin baik anak menerapkan perilaku hormat, komunikatif dan ramah ini seagai standar caranya berinteraksi pada dunia.
Sebagai orangtua, cara terbaik untuk mengajarkannya adalah dengan memberikan contoh langsung dan memperbanyak diskusi. Orangtua harus memperbaiki pemikiran-pemikiran kuno tentang apa yang ‘tidak jantan’ dan ‘tidak keren’ dilakukan anak laki-laki.
Sebaliknya, orangtua harus memastikan anak laki-laki juga memiliki keterampilan sosial dan emosional yang sama baiknya dengan anak perempuan.
Tips Mendidik Anak Laki-Laki Agar Memperlakukan Perempuan Di Sekitarnya Dengan Baik
- Melatih keterampilan sosial dan emosional
Masih banyak anggapan masyarakat yang melabeli sebuah perilaku sebagai ‘feminin’ dan ‘maskulin’. Misalnya, mengungkapkan perasaan dan menangis sebagai perilaku yang feminin, sehingga anak laki-laki seharusnya tidak melakukan itu. Tetapi, sebetulnya tidak ada perilaku yang bisa dikategorikan berdasarkan stereotip gender seperti itu. Anak laki-laki harus memahami pula bahwa tidak apa-apa mengkomunikasikan perasaan kita, dan ia harus dibekali keterampilan tersebut karena akan berguna untuk mengelola hubungan di masa depan, baik itu dalam romansa, pertemanan hingga profesional. - Blok media yang kurang sopan
Pastikan si Kecil menerima informasi yang positif. Hindari konten yang menunjukkan ketidakseraraan gender dan gak menghormati perempuan. Jika sampai terlihat beritahu anak kalau sikap demikian tidak baik dan tidak pantas di contoh. - Belajar memberi label perasaan
Alih-alih menyembunyikan perasaan mereka, dorong anak laki-laki mama memberi label perasaan mereka dan berani mengungkapkannya. Para ahli menemukan bahwa keterampilan mengenal perasaan, menunjukkannya emosi dengan tepat dan mengkomunikasikannya kepada orang lain, sangat membantu mencegah ledakan emosi dan kekerasan oleh pria. Begitu pula dampak sebaliknya.
Dorong anak laki-laki untuk lebih terbuka menunjukkan perasaan mereka, ketika malu, sedih atau pun kesal. Menahan perasaan-perasaan ini justru akan mengurangi kemampuan mereka merasakan empati terhadap sekitarnya. Jika anak laki-laki kita memiliki keterampilan mengelola perasaannya sendiri, mereka dapat mengidentifikasi perasaan orang lain di sekitarnya dengan lebih baik. - Hindari stereotip
Dunia yang sekarang ini, maskulinitas tak lagi ditelan mentah-mentah dengan stereotip bahwa “laki-laki dilarang keras menangis” atau “jadi cowok itu nggak boleh kelihatan lemah”. Pernyataan-pernyataan itu tidak sehat dan hanya akan membuat anak laki-laki dibesarkan dengan pola pikir bahwa karena mereka adalah seorang laki-laki, mereka tak boleh mengungkapkan perasaannya dan mengurung emosinya. Akibatnya, anak laki-laki akan tumbuh dan menangani perasaannya dengan cara negatif.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk berhenti menggunakan kata-kata seperti, “Jangan nangis, kayak anak perempuan!” atau “Anak laki-laki harus berani dan kuat, jangan kayak anak perempuan yang lemah,” dan sebagainya untuk mendeskripsikan hal yang rentan. - Berbicara terbuka tentang bagaimana harusnya anak laki-laki memperlakukan perempuan
Alih-alih mengkomunikasikan rasa tidak nyaman di hati, dengan cara didik yang tak tepat, anak laki-laki bisa tumbuh dengan persepsi bahwa tidak apa bagi laki-laki untuk melampiaskan kemarahan mereka pada wanita, atau wajar bagi pria untuk marah jika perempuan tidak memberikan perhatian sesuai yang diinginkannya. Diam-diam, anak laki-laki membentuk kebencian dan merendahkan perempuan tanpa disadarinya.
Ajak anak laki-laki mama berdiskusi tentang suatu kasus di mana ada laki-laki yang bersikap tidak pantas kepada perempuan. Dengarkan pendapatnya. Tanyakan padanya apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki menghadapi situasi tersebut. Bantu mereka melihat tentang stereotip dalam situasi tersebut dan berikan pemahaman tentang pentingnya menghormati perempuan dan semua orang. - Dorong anak berteman dengan anak perempuan
Di masa remaja, anak laki-laki mungkin merasa gengsi dan merasa tidak jantan bila berteman dengan anak perempuan. Namun, pertemanan yang heterogen dengan anak perempuan sangatlah penting untuk mengasah rasa hormat dan sikap yang baik terhadap lawan jenis.
Berteman dengan anak perempuan akan mengajarkan anak laki-laki soal betapa kompleksnya emosi manusia, sehingga mereka bisa belajar seperti apa itu rasa kecewa, canggung, gelisah, galau, kesal dan sebagainya. Bukan hanya sekadar ‘sedih’ dan ‘senang’ saja.
Dengan berteman dengan anak perempuan, anak laki-laki juga belajar untuk membela teman-temannya yang direndahkan. Belajar peduli terhadap anak perempuan akan sangat membantu anak laki-laki mama mengembangkan empati dan tumbuh menjadi laki-laki memandang perempuan setara. - Tegur dan luruskan
Tegur secara langsung jika anak mulai memanggil teman atau orang lain dengan panggilan yang tidak pantas. Pastikan tidak ada toleransi untuk menjadikan siapa pun sebagai objek pelampiasan yang tidak benar. Anak juga diajarkan untuk melapor jika ada tindak penindasan atau bullying.
Ayah Paling Berperan
Di sini sebetulnya Ayahlah yang paling berperan. Yah, dimulai dari Ayah menghormati Bunda, dan Ibu juga menghargai perempuan lain. Ingat juga untuk bersikap adil ke anak-anak yang berbeda gender. Semoga kelak anak laki-laki kita bisa jadi manusia yang adil, sopan, bertanggung jawab, dan menghargai siapa saja termasuk perempuan.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.