Mengajarkan etika kepada anak bukanlah hal yang mudah. Seperti misalnya mengucapkan permisi, terimakasih, tolong judan meminta maaf. Kadang anak sudah diajarkan tapi susah sekali menerpakannya.
Apalagi kalau meminta maaf pada temannya jika ia melakukan kesalahan.
Sekalipun Anda sudah mendorongnya untuk minta maaf, ia tetap saja tidak mau melakukannya.
Anak yang tidak mau minta maaf sering kali dianggap tidak sopan dan tidak menghargai orang lain. Akan tetapi, Anda perlu mengetahui bahwa sebetulnya bukan itu yang mereka maksudkan.
Penyebab Anak Susah Minta Maaf
Merasa bersalah adalah bagian dari empati yang dimiliki oleh seseorang. Di usia balita, kemampuan sosial-emosional anak-anak belum terbangun sempurna untuk dapat merasakan empati kepada orang lain.
Oleh karenanya, wajar bila di usia tersebut, anak-anak tampak merasa tak bersalah bahkan ketika ia benar-benar melakukan kesalahan. Mereka bisa jadi benar-benar tidak paham! Jadi, dia tidak bisa begitu saja dilabeli sebagai anak yang tidak sopan.
Alih-alih memaksa mereka untuk meminta maaf atas kesalahan yang mereka tidak sadari tersebut, mereka perlu dilatih untuk terbiasa minta maaf. Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk melatih anak terbiasa meminta maaf ketika membuat kesalahan?
Cara Melatih Anak Meminta Maaf
- Memberi Contoh
Anak-anak bagaikan spons yang mudah menyerap. Anak Belajar Lewat Meniru . Mereka belajar lebih banyak dari tidak hanya mendengarkan nasihat orang tuanya, tapi juga dari melihat langsung perilaku orang tuanya.
Ketika Anda selalu mengucapkaan maaf ketika membuat kesalahan pada orang lain, anak-anak akan lebih mudah belajar. Orang tua juga jangan ragu meminta maaf pada anak bila melakukan kesalahan yang melukainya seperti kelepasan membentak atau mengingkari janji. - Meminta Maaf Merlebih Dahulu
Memberi contoh untuk meminta maaf bila melakukan kesalahan, sudah. Lalu bagaimana bila anak tak kunjung mau menirunya ketika mereka berbuat salah?
Jangan dipaksa. Memaksa anak meminta maaf justru akan membuat mereka tertekan dan melakukannya hanya sebagai formalitas agar bisa lepas dari masalah.
Yang perlu Anda lakukan ketika anak melakukan kesalahan adalah mintalah maaf terlebih dahulu pada anak yang sudah dirugikan oleh anak Anda dan pada orang tuanya. Ini juga akan menjadi contoh yang berharga untuk anak Anda. - Latih Membangun Empati
Dengan empati, anak-anak akan jadi lebih bisa memahami perasaan maupun sudut pandang orang lain.
Untuk melatih ini, orang tua bisa mencoba menanyakan: “Menurut kamu bagaimana perasaan si X saat tidak boleh ikut main ayunan tadi?”
Anda juga bisa mencoba memposisikannya sebagai orang lain. Misalnya, saat ia merebut mainan temannya, katakan: “Kalau kamu jadi Y, bagaimana ya, perasaanmu saat mainanmu direbut anak lain?”
Dalam skenario kasus terbaik, anak-anak belajar mengidentifikasi kerugian yang mereka sebabkan dan memutuskan sendiri bahwa mereka perlu menebus kesalahan. - Sampaikan Bahwa Kesalahan Mereka Memiliki Akibat
Anak-anak mungkin belum cukup bila hanya diminta membayangkan perasaan orang lain seperti cara sebelumnya. Coba lengkapi juga obrolan Anda dengan akibat yang lebih nyata. Misalnya, ketika ia mendorong seorang anak di tempat bermain, coba tanyakan, “kalau kamu jatuh, sakit tidak? Apa bisa terluka? Kalau terluka, harus diplester/perban, tidak bisa bermain dulu. Pasti itu tidak menyenangkan buatmu? Dia juga begitu.”
Contoh lain, ketika ia memecahkan vas di ruang tamu akibat tendangan bola dari anak, Anda bisa mengatakan: “Kira-kira pecahan vas ini bisa melukai kaki kita tidak, ya?” Dengan begitu, mereka akan lebih mudah memahami bahwa kesalahan yang mereka perbuat memiliki akibat. - Jelaskan Kebaikan dari Minta Maaf
Anak-anak juga perlu dijelaskan tentang kebaikan minta maaf. Mereka perlu mengetahui bahwa permintaan maaf tidak hanya membuat kemarahan seseorang menghilang. Bagi orang yang meminta maaf, perilaku ini bisa menjadi pengingat agar mereka tidak melakukan kesalahan yang sama.
Untuk menyampaikannya, orang tua bisa mencontohkan pengalaman di masa lalu. Misalnya saja, “Dulu Mama pernah merebut mainan teman karena sangat ingin punya yang sepertiitu. Teman Mama marah dan menangis. Dia tidak mau bermain dengan Mama. Tapi, setelah Mama minta maaf, dia malah dengan senang hati mengajak Mama bermain mainannya itu. Malahan, dia mengizinkan Mama membawa pulang mainan itu untuk dipinjam. - Belajar dari Permainan
Tatalah boneka-boneka atau mainan anak di sekitar Anda dan coba ajak anak bermain kereta-keretaan dengan berbaris. Ajak anak membuat gerakan meliuk-liuk dan tiap kali kereta menabrak salah satu mainan, selalu ucapkan, “Maaf.” - Beri Apresiasi
Berikan apresiasi yang menunjukkan bahwa Anda bangga pada anak atas setiap kemajuan yang ia buat. Hal ini akan membuat mereka termotivasi untuk melakukannya lagi dan lagi.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.