
Pernikahan tidak selamanya indah. Terdapat beberapa masalah di dalamnya seperti perlakuan pasangan yang kurang nyaman, perselingkuhan, mertua, ipar, ekonomi, kesulitan memiliki anak dan lain-lain. Banyak pasangan yang terjebak pada pernikahan yang tidak bahagia yang merusak mental. Apa saja itu? Yuk simak di bawah ini!
Ciri-ciri Pasangan Yang Merusak Mental Dalam Rumah Tangga
- Pasangan sangat tertutup dengan akun media sosial dan ponselnya
Selama kita tidak menuntut laporan harian dan tidak memantau trus-menerus, sebenarnya bukan masalah besar untuk sesekali minta melihat akun media sosial atau telepon pasangan. Tetapi, kita juga harus bertanya pada diri sendiri, mengapa kita ingin melihat telepon pasangan, apakah kita curiga si dia tidak setia. Grossman menyarankan untuk membicarakan dengan pasangan tentang privasi dan kepercayaan. Dengan begitu, kita bisa menanyakan alasan pasangan mengapa tidak mau berbagi akun media sosial atau tertutup mengenai ponselnya. - Pasangan tak bergairah
Ada beberapa hal yang membuat gairah seks menurun. Tapi, jika penurunan gairah seks ini terjadi cukup lama, sudah saatnya kita mengajak pasangan untuk berbicara. Seperti hampir semua masalah dalam suatu hubungan, kuncinya adalah berbicara dengan pasangan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. - Pasangan tidak mengungkapkan pujian atau ucapan terima kasih
Setiap hubungan butuh apa yang disebut dengan “simpanan cinta”. Maksutnya, terkadang kita juga perlu berterima kasih atau memberi tahu dirinya seberapa menarik penampilannya. Grossman mengatakan kita perlu membangun “simpanan cinta” dengan memberi pujian, hadiah, kejutan atau memberi layanan yang baik pada pasangan. - Bertengkar di depan umum
Tidak peduli seberapa kuat hubungan antara kita dan pasangan, akan ada saat-saat kita tidak setuju dan saling berdebat. Namun, jika pasangan kita seringkali emosi dan tidak memiliki kontrol diri yang baik, dia memiliki mental “sok kuasa”. Pada dasarnya, dia sedang berpikir bahwa sebagai pasangannya kita harus selalu bertindak dengan sempurna. Jika tidak, dia merasa memiliki hak untuk menghukum kita di manapun kita berada. - Takut mengutarakan hal kritis atau penolakan
Menurut Grossman, kita tak seharusnya mencegah pertengkaran dengan mengorbankan diri sendiri. “Damai itu baik, ketenangan itu baik, tetapi takut menghadapi perselisihan bisa menghancurkan hubungan,” katanya. Meski pasangan kita sulit mengontrol emosi, jangan takut mengutarakan pendapat. Terkadang, orang menghindari pertengkaran dengan pasangan karena mereka percaya harus menjadi sempurna. - Kita atau pasangan tak punya selera humor
Humor sangat penting dalam pernikahan karena tawa akan mendatangkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Terkadang, hal-hal remeh seperti kentut di depan pasangan atau perbedaan perspektif bisa menjadi sumber tawa. Menurut Grossman, hal tersebut justru membuat kita dan pasangan sadar bahwa kita adalah manusia yang dapat berbuat salah. Jika segala sesuatu dipandang serius, justru akan menyebabkan kekacauan dalam pernikahan. Kurangnya humor akan menyebabkan pernikahan tidak bahagia. - Tak mampu menerima kritik
Tidak ada yang suka menerima kritik. Namun, ketidakmampuan untuk mendengar kritik hanya menunjukkan citra diri yang sangat goyah. Pada kenyataannya, hal ini menunjukkan kurangnya humor dan kurangnya kesadaran bahwa manusia bisa berbuat salah. Bagaimanapun, berbuat salah adalah manusiawi. Jika kita tidak dapat menerima kritik, maka kita tidak bisa tumbuh lebih baik dan menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah. - Pasangan tak mau bertanggung jawab atas kesalahannya
Pada tahap tetentu, perdebatan yang terjadi adalah kontribusi dari kedua pihak. Hal yang wajar jika pertengkaran terjadi dalam pernikahan. Jika ada sesuatu yang terasa salah, maka katakanlah dan berbuatlah sesuatu. Namun, hanya bertindak sebagai pihak yang menjadi korban tidak bisa menyelesaikan masalah. Tetapkan batasan yang sehat pada apa yang bisa dan tidak bisa kita toleransi. Sekali lagi, kita harus menyadari jika manusia bisa saja membuat kesalahan. - Menyimpan dendam
Tidak bisa menerima kesalahan, menuntut pasangan untuk selalu bertindak sempurna aadalah bentuk hubungan yang tidak sehat. Apalagi jika kesalahan kecil pun tidak termaafkan dan malah menimbulkan dendam. “Menyimpan dendam seperti meludahi musuhmu dengan menelan racun. Memaafkan sebenarnya bisa menjadi hal terbaik yang bisa dilakukan karena itu membebaskan Anda dari rasa sakit karena kebencian,” kata Grossman. - Pasangan tidak mau menerima permintaan maaf
Wajar jika kita sesekali membuat kesalahan. Beberapa orang mungkin tidak bisa memaafkan kesalahan pasangan jika kesalahan yang dilakukan terlampau besar, seperti berselingkuh. Namun, jika kesalahan yang dilakukan pasangan bukan hal-hal semacam melanggar komitmen pernikahan atau kekerasan fisik, penting untuk membuka pintu maaf. - KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seringkali tidak tampak sejelas yang dikira, karena bentuknya bisa bermacam-macam. Kekerasan dalam hubungan bisa berupa pengendalian pikiran dan emosi seseorang, seperti halnya menyakiti tubuh secara fisik. Dalam suatu hubungan, pelecehan bisa membuat Anda takut dan bingung. Bahkan mungkin sulit bagi Anda untuk melihat tindakan pasangan Anda apa adanya. Biasanya, kekerasan fisik bukanlah yang utama. Pelecehan bisa merayap perlahan. Dimulai dari merendahkan pasangan, sampai berbagai alasan aneh untuk menjauhkan Anda dari keluarga atau teman. Dari sana, kekerasan akan sering meningkat setelah Anda terputus dari orang lain hingga kemudian Anda merasa terjebak dalam sebuah relasi yang toksik.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.