Gangguan pendengaran pada anak harus segera ditangani sejak awal. Bila tidak ditangani secara cepat maka akan mempengaruhi perkembangan proses bicaranya. Gangguan pendengaran atau tunarungu harus dilakukan pengajaran bahasa secara terprogram sejak dini.
Terdapat dua pendekatan dalam pengajaran bahasa kepada anak tunarungu secara dini, yaitu pendekatan auditori-verbal dan auditori-oral. Pendekatan auditori-verbal bertujuan agar anak tunarungu tumbuh dalam lingkungan hidup dan belajar yang memungkinkanya menjadi warga yang mandiri, partisipatif dan kontributif dalam masyarakat inklusif. Sedangkan pendekatan auditori oral didasarkan atas premis mendasar bahwa memperoleh kompetensi dalam bahasa lisan, baik secara reseptif maupun ekspresif, merupakan tujuan yang realistis bagi anak tunarungu.
Prinsip-prinsip praktek auditori verbal
1. Berusaha sedini mungkin mengidentifikasi ketunarunguan pada anak, idealnya di klinik perawatan bayi.
2. Memberikan perlakuan medis terbaik dan teknologi amplifikasi bunyi kepada anak tunarungu sedini mungkin.
3. Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang didengarnya, dan mengajari orang tuanya cara membuat agar setiap bunyi bermakna bagi anaknya sepanjang hari.
4. Membantu anak belajar merespon dan menggunakan bunyi sebagaimana yang dilakukan oleh anak yang berpendengaran normal.
5. Menggunakan orang tua anak sebagai model utama untuk belajar ujaran dan komunikasi lisan.
6. Berusaha membantu anak mengembangkan sistem auditori dalam (inner auditory system) sehingga dia menyadari suaranya sendiri dan akan berusaha mencocokkan apa yang diucapkannnya dengan apa yang didengarnya.
7. Memahami bagaimana anak yang berpendengaran normal mengembangkan kesadaran bunyi, pendengaran, bahasa, dan pemahaman, dan menggunakan pengetahuan ini untuk membantu anak tunarungu mempelajari keterampilan baru.
8. Mengamati dan mengevaluasi perkembangan anak dalam semua bidang.
9. Mengubah program latihan bagi anak bila muncul kebutuhan baru.
10. Membantu anak tunarungu berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan maupun sosial bersama-sama dengan anak-anak yang berpendengaran normal dengan memberikan dukungan kepadanya di kelas reguler.
Elemen-elemen pendekatan auditori oral
1. Keterlibatan orang tua. Untuk memperoleh bahasa dan ujaran yang efektif menuntut peran aktif orang tua dalam pendidikan bagi anaknya.
2. Upaya intervensi dini yang berfokus pada pendidikan bagi orang tua untuk menjadi partner komunikasi yang efektif.
3. Upaya-upaya di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan anak tunarungu dalam kegiatan kelas.
4. Amplifikasi yang tepat. Alat bantu dengar merupakan pilihan utama, tetapi bila tidak efektif, penggunaan cochlear implant merupakan opsi yang memungkinkan.
Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu
1) Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan bibirnya. Gerakan bibir ini akan memberikan metode berkomunikasi yang baik apabila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
2) Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Individu tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant. Cochlear implant adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen eksternal (mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea (ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam. Komponen eksternal dan internal tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis cochlear implant dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan langsung memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran.
3) Belajar Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional.
Faktor Penyebab Anak Tuna Rungu Saat Kehamilan
Salah satu pengaruh bayi terlahir tuna rungu adalah pada saat di dalam kandungan. Penyebabnya yaitu keturunan, keracunan kehamilan karena mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter, penyakit yang menyerang ibu, toksoplasma dll.
Faktor Penyebab Anak Tuna Rungu Saat Persalinan
Faktor yang paling berngaruh pada kondisi tuna rungu pada saat persalinana adalan premature (bayi lahir kurang bulan). Prematuritas merupakan kondisi yang rawan karena banyak dari organ pada janin yang belum berkembang dengan sempurna termasuk pada organ pendengaran.
Faktor Penyebab Anak Tuna Rungu Setelah Kelahiran
Penyebab tuna rungu setelah kelahiran adalah penyakit miningitis yang merupakan penyakit radang pada selaput otak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang telangi bagian dalam. Selain itu penyebabnya adalah infeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan tidak berfungsi normalnya media penghantar suara.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.