“Tuh lihat ada polisi tuh! Nih tangkap anak nakal nih!” atau “Awas lho, di situ gelap, nanti ada hantu.” Atau juga “jangan main diluar nanti ada culik lho!”
Masih adakah orang tua yang sering berbicara demikian untuk menakut-nakutin anak? Niat dari orangtua tadi sih mungkin cuma bercanda, namun tanpa ia sadari, ia telah sukses menanamkan sifat penakut pada anak.
Tanpa disadari pula, tiap anak berada di tempat gelap, bermain di luar dan bertemu polisi dan yang lainnya, anak akan merasa takut karena telah ditakut-takuti. Padahal setiap orang tua tidak ada yang ingin punya anak penakut. Semua orang tua ingin anak tumbuh menjadi pemberani dan percaya diri. Tapi sayangnya banyak orang tua yang tidak sadar bahwa perkataan mereka bisa mempengaruhi perkembangan anak dan akhirnya membuat mereka jadi penakut.
Ya! bila maksudnya bercanda atau memberikan acaman kalau anak tidak melakukan suatu hal yang diminta oleh orang tuanya. Namun cara perkataan itu justru masuk ke dalam alam bawah sadar anak, dan tanpa disadari anak tumbuh menjadi penakut karena perkataan orang tuanya sendiri.
- Takut karena tidak sengaja
Seperti misalnya ketika orangtua takut dengan beberapa hewan, sebut saja kucing. Biasanya jika orangtua takut dengan hewan tersebut, anak juga tidak diijinkan untuk memegang hewan itu. Karena bagi orangtua hewan itu menakutkan dan sangat menggelikan.
Ketika anak hendak bermain dengan kucing dan mendekati lalu memegangnya orang tua dengan spontan langsung berteriak dan melarang mendekati hewan itu. Mulai dari situlah, anak menjadi penakut. Ia selalu mengulang kata-kata orangtuanya. Hewan itu menakutnkan dan menggelikan. - Takut karena ancaman
Saat ke dokter, anak mungkin merengek ingin dibelikan mainan dan selalu tantrum. Usut punya usut, orang tuanya sering menakutinya dengan perkataan, “Awas lho kalau kamu nggak mau diam, nanti disuntik sama pak dokter!” Sehingga anak itu selalu panik saat ke dokter atau mau imunisasi, padahal anak ini masih sangat kecil.
Mungkin orang tua berpikir dengan memberikan ancaman, anak akan berubah menjadi penurut dan mau tenang. Nyatanya tanpa disadari, ia juga secara sukses menanamkan rasa takut pada anak. Nantinya saat anak sakit dan harus dibawa ke dokter, si anak malah ketakutan serta harus dibujuk. - Takut karena perkataan body shaming dan labeling
Ini yang sangat sering tidak disadari orang tua karena berpikir ‘hanya bercanda’.
“Si hidung pesek.” Atau “Si cengeng”
“Ih kamu kok kurus banget sih nak.”
“Heuh, dasar anak nakal! Susah banget dibilangin!”
Jangankan anak-anak, orang dewasa kalau dikatain seperti ini juga akan merasa minder dan harga dirinya jadi jatuh. Mungkin anak tidak akan memperlihatkannya sekarang, tapi dampaknya akan terasa sampai mereka dewasa nanti.
Bercanda seperti ini tidak lucu sama sekali! Justru kata-kata kita menanamkan karakter penakut dan pemberontak dalam alam bawah sadar anak. Akhirnya anak tumbuh menjadi tidak percaya diri, mencari perhatian dengan berbuat nakal, berontak dan selalu ‘ngeyel’.
Ubah Kalimat Menakuti-nakuti Dengan Penjelasan Apa Adanya
Sebaiknya orangtua itu menjelaskan sebagaimana dana pa adanya pada anak. Bukan malah menakut-nakuti anak dengan hal-hal yang tidak benar.
Terkadang orangtua itu malas. Malas menjelaskan panjang lebar dan hanya maunya ambil jalan pintas saja. Kita sudah tahu bahwa jalan pintas dengan menakut-nakuti akan memberikan dampak negative pada anak. Ganti kalimat menakut-nakuti dengan kalimat yang apa adanya seperti misalnya “Nak pisaunya tidak dimainin ya, nanti tangan kamu bisa terluka dan sakit. Yuk kita main yang lain saja ya.”
Berkata tetap dengan penuh kasih, karena apapun yang kita katakan bisa masuk ke dalam hati dan alam bawah sadar anak. Terkadang memang tidak sedikit orang tua yang malas menjelaskan panjang lebar alasannya, jadi mengambil jalan pintas. Tapi jalan pintas itulah yang punya dampak negatif pada anak. Jelaskan apa adanya pada anak.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.