
Di kalangan masyarakat penggunaan gurita bagi bayi dipercayai untuk mencegah perutnya yang buncit, padahal perut bayi yang terlihat buncit adalah hal yang wajar karena otot si kecil masih tipis sehingga lemak perut pada perutnya terkesan membuncit.
Selama kebutuhan gizinya tercukupi, ia tidak akan mengalami gangguan pencernaan dan ukuran pertu si Kecil tidak semakin membesar dalam waktu cepat, Bunda tidak perlu khawatir berlebihan, Ya!. Bunda juga tidak perlu memakaikan gurita untuk mencegah perut buncit, karena seiring pertumbuhan, perut si Kecil akan mulai rata dengan sendirinya.
Perut bayi juga bisa terlihat kembung karena ia menelan terlalu banyak udara, dan ini bukanlah hal yang harus dikhawatirkan berlebihan. Perut kembung bayi bisa disebabkan karena bayi menangis terlalu lama atau cara minum susu yang kurang betul. Kolik juga bisa menyebabkan perut bayi kembung. Namun demikian, tidak ada satupun penelitian medis sampai saat ini yang mampu membuktikan bahwa penggunaan gurita bayi bisa mengecilkan perut untuk berbagai alasan di atas.
Begitu pula dengan pusar yang bodong. Banyak orangtua yang khawatir dengan kondisi pusar bayinya. Yang perlu dipahami, pusar bodong tidak akan mengakibatkan kondisi kesehatan serius. Pusar bodong lebih disebabkan oleh otot cincin perut yang tidak tidak menutup dengan sempurna atau karena panjang puntung tali pusat bayi yang memang besar dan panjang, dan bukan akibat tidak dipakaikan gurita. Pusar bodong akan sembuh atau menghilang seiring tumbuh kembang anak — biasanya ketika anak sudah berusia antara 3-5 tahun.
Pemakaian gurita bayi untuk mengatasi tali pusar yang belum puput bukanlah cara perawatan yang tepat. Hanya dengan membiarkannya terlepas sendiri sebenarnya sudah cukup membantu. Usahakan agar tali pusat tidak basah dan tidak terkena urin maupun tinja bayi. Jika tali pusat kotor, segera cuci bersih dengan aliran air dan sabun lalu keringkan dengan kain bersih. Alih-alih bermanfaat bagi bayi, pemakaian gurita bayi sebenarnya justru merugikan kesehatannya.
Gurita bayi yang terlalu ketat bisa menyebabkan bayi sesak napas
Pemakaian gurita bayi yang terlalu kencang bisa membuat bayi merasa kepanasan dan banyak berkeringat. Ini kemudian dapat menyebabkan berbagai keluhan kulit seperti gatal biang keringat atau ruam kulit layaknya ruam popok karena keringat yang menempel di kulit tidak dapat menguap dengan baik akibat terhalang oleh kain gurita. Selain itu, pemakaian gurita yang telalu kencang juga dapat menyebabkan makanan yang telah masuk ke dalam lambung mengalir balik ke kerongkongan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan bayi muntah berulang.
Risiko lainnya dari gurita bayi adalah anak Anda bisa kesulitan bernapas, terutama apabila lilitannya terlalu kencang. Cara membebat gurita yang terlalu ketat di bagian perut akan mengganggu gerak pernapasan bayi, sebab bayi yang baru lahir belum bisa langsung bernapas dengan paru-paru. Bayi pada umumnya bernapas masih lewat perut.
Bayi bernapas lebih cepat daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Tingkat pernapasan normal pada bayi baru lahir umumnya sekitar 40 kali napas per menit. Ini bisa melambat sampai 20 sampai 30 kali per menit saat bayi tidur.
Pola bernapas pada bayi mungkin juga berbeda. Bayi mungkin bernapas dengan cepat untuk beberapa kali, kemudian beristirahat sejenak kurang dari 10 detik, lalu bernapas lagi. Ini sering disebut pernapasan periodik dan merupakan hal normal, yang akan membaik seiring waktu. Nah, penggunaan gurita bayi yang terlalu ketat bisa mengganggu sistem pernapasan bayi yang belum “matang” ini, dan akibatnya bisa fatal.
Sesak napas pada bayi bisa berakibat fatal — dari kerusakan otak hingga kematian
Perubahan pada kecepatan atau pola pernapasan bayi, batuk atau tersedak yang tak kunjung henti, suara mendengkur keras, atau perubahan warna kulit yang membiru bisa berarti bayi mengalami gangguan pernapasan dan memerlukan pertolongan medis segera. Saat bayi yang baru lahir kekurangan oksigen, napasnya akan menjadi cepat dan dangkal. Jika situasinya terus berlanjut, ia akan berhenti bernapas sepenuhnya, detak jantungnya akan jatuh, dan ia akan kehilangan kekuatan otot.
Jika hal ini terjadi, sebetulnya masih sangat mungkin untuk mengembalikan kondisi bayi dengan memberi bantuan napas dan paparan oksigen berlanjut. Namun, jika bayi yang baru lahir terus kekurangan oksigen, ia akan mulai terengah-engah, dan kemudian ia akan berhenti bernapas lagi. Detak jantung, tekanan darah, dan kekuatan ototnya akan terus turun, sehingga ia akan kehilangan kesadaran. Ada juga risiko kerusakan otak jika tidak ada cukup oksigen yang mencapai otak. Pada kasus yang fatal, bayi bisa mati kehabisan napas akibat tercekik kekurangan oksigen.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.