Sikap acuh yang diberikan anak pada orang tua terkadang membuat orangtua memarahi anak dan menasehatinya. Padalah tidak selamanya sika acuh pada anak ini adalah kesalahan anak. Sebagai orangtua yang baik, memahami kondisi anak saat ini penting untuk membangun perasaan apa saja yang dirasakan anak tersebut. Lantas bagaimana menyikapi tumbuh kembang anak yang saat ini sedang dalam fase acuh tak acuh terhadap nasihat orang tuanya.
Penyebab Anak Acuh
- Bentuk protes terhadap hal yang tak disukainya. Umpama, anak kesal karena orangtuanya sering tidak menepati janji bermain bersama. Sebagai balasan, ia protes melakukan tindakan pasif-agresif dengan tidak mau mendengarkan orangtuanya. Apa pun yang orangtua perintahkan anak tidak menuruti.
- Sebagai cara mencari perhatian atau sebagai bentuk kekecewaan. Karena orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan di kantor, dan tidak ada waktu bermain bersama, si kecil mencari perhatian dengan cara menutup kuping. Bila anak tidak mau mendengarkan, tentu orangtua akan terus menerus berfokus pada diri anak dengan tujuan membujuk terus si anak untuk mendengarkannya. Tujuan si anak pun tercapai, yaitu dirinya mendapatkan perhatian orangtuanya.
- Orangtua tidak konsisten. Aturan yang tidak konsiten membuat anak abai terhadap apa yang dikatakan orangtua. Misal, orangtua membuat aturan tentang jam menonton televisi, tetapi aturan tersebut terkadang dijalankan, terkadang tidak. Ujung-ujungnya membuat anak bingung, apakah orangtua benar-benar menerapkan peraturan ini atau tidak. Tak heran, ketika orangtua melarang anak, untuk tidak menonton televisi, anak pun mengabaikannya padahal ia tahu orangtuanya bisa saja berubah pikiran dan memperbolehkan untuk menonton.
- Orangtua tidak suka mendengarkan anak dan bicara searah. Ada orangtua yang sering berbicara atau menegur, menyuruh hingga harus berkali-kali bahkan berteriak meminta anak untuk mendengar atau menurutinya. Di sisi lain, anak bolak-balik mengeluh atau membutuhkan sesuatu, tetapi tidak pernah didengar/ditanggapi orangtua. Kasus seperti ini banyak terjadi. Jadi, bagaimana mungkin anak mau mendengarkan orangtua dengan baik, sementara orangtua tidak memberikan contoh konkret tentang bagaimana menjadi pendengar yang baik? Ingat, anak cenderung meniru perilaku orangtua. Bila orangtua mampu menjadi pendengar yang baik, selalu bersedia menerima keluh kesah anak, tanpa disuruh, ia akan cenderung meniru perilaku orangtua, yaitu sigap mendengarkan orangtua dan orang lain. Sebaliknya, bila orangtua tidak pernah mendengarkan anak, tak berempati terhadap perasaan anak, dan berbicara satu arah tanpa diskusi, maka tak perlu heran jika anak menjadi pengikut GTK.
- Orangtua terlalu memanjakan atau “mengiyakan” semua keinginan anak. Jangan salah, mengiyakan semua permintaan anak juga membuat si anak menjadi pribadi egois yang tidak mau mendengarkan perintah atau aturan, terutama terkait dengan hal-hal yang tak mau ia lakukan. Karena terbiasa semua keinginan dituruti, apa yang diminta/disuruh/dilarang orangtua, akan diabaikan oleh anak. Karena ia berpikiran, “Bila aku tidak mengerjakan atau mengikuti keinginan Ayah Ibu, aku oke oke saja tuh.”
- Anak memiliki masalah emosional atau stres. Ketika anak memiliki masalah dan emosi yang tidak stabil, ia berperilaku negatif. Salah satunya tidak mau mendengarkan orangtua atau guru. Bisa juga karena tuntutan orangtua yang terlalu besar. Misalnya, di usia prasekolah, anak sudah diikutkan oleh berbagai les. Ini membuat anak kelelahan dan akhirnya menolak semua yang disarankan/dinasehati orangtuanya, karena menganggap orangtuanya telah membuatnya lelah.
Cara Mengatasi Anak Yang Acuh Kepada Orang Tua
Dekati anak, pahami perasaanya lalu berikan nasihat. Dalam memberikan nasihat, sebaiknya tidak dengan membandingkan anak atau membandingkan dengan masa lalu anda ketika menjadi anak.Pahami setiap individu adalah unik, jadi tidak perlu untuk membandingkan anak dengan anak/saudara lain.
Selain itu, perhatikan pula cara anda memberikan nasihat kepada anak, termasuk waktu dan situasinya. Walaupun itu anak anak anda, cobalah untuk menghargai mereka, sehingga sebaiknya pemberian nasihat tidak dilakukan ketika ada orang lain.
Luangkan waktu anda, dan ajak anak untuk berbicara berdua dari hati ke hati. Siapapun tidak akan suka bila disalahkan, begitu pula anak anda. Sehingga sebaiknya sebelum memberikan nasihat atau teguran, cari informasi detail pokok permasalahan yang dialami anak
Bangunlah komunikasi dengan “memahami keadaan mereka” itu akan lebih membuat anak lebih nyaman, daripada memulai dengan menyudutkan atau menyalahkan mereka.
Setelah komunikasi sudah terbangun, barulah anda menyampaikan nasihat-nasihat anda. Pada anak yang usianya lebih kecil, anda bahkan dapat membangun suatu situasi di waktu-waktu tertentu untuk memberikan nasihat secara rutin.
Misalnya setelah makan malam atau disesuaikan dengan kebiasaan yang ada di keluarga anda. Tentunya nasihat seseorang akan diikuti oleh orang lain, bila orang yang memberikan nasihat dapat memberikan teladan dalam bersikap. Sehingga sebagai orang tua, anda juga perlu untuk menampilkan sikap dan perilaku yang baik agar nasihat dan ucapan anda didengar dan diikuti anak anda.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.