Toxic parenting merupakan pola pengasuhan yang keliru dan tanpa sadar dapat melukai psikologis anak. Pola pengasuhan tersebut kerap dilakukan oleh orang tua yang umumnya kasar, tidak dewasa, serta memiliki gangguan mental. Biasanya orang tua yang seperti ini juga mengalami toxic parenting atau pola pengasuhan yang salah dari orang tuanya dulu. Namun toxic parenting dapat juga dilakukan oleh orang tua normal yang tanpa sadar menjadi ‘racun’ bagi psikologis anak.
Apa Itu Toxic Parent?
Jika toxic parenting merupakan pola pengasuhan yang keliru dan meracuni anak, maka toxic parents merupakan orang tua yang melakukan tindakan-tindakan tertentu yang tanpa sadar dapat membebani psikologis anak.
Orang tua yang menjadi racun atau toxic dapat mengakibatkan luka psikologis atau luka pengasuhan pada anak, baik sekarang maupun di masa depan. Orang tua yang tanpa sadar menerapkan toxic parenting umumnya mengedepankan keinginan pribadi, mengatur anak semaunya sendiri, tidak menghargai perasaan serta pendapat anak, dan tidak memandang bahwa anak memiliki hak atas kehidupannya sendiri.
Ciri-Ciri Toxic Parents
- Selau mengutamakan kebutuhan sendiri
Selallu mengutamakan kebutuhannya sendiri. Ia tidak mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan anak. Ia tidak memikirkan dampak apa yang dialami anak dari apa perilakunya tersebut. - Memiliki Ekspektasi Berlebihan
Tanda toxic parents ini paling sering terjadi dan hampir semua orang tua pernah melakukannya. Misalnya, ketika anak-anak ingin menjadi musisi, orang tua kemudian menyetir anak untuk menjadi apa yang orang tua inginkan. Orang tua membuyarkan mimpi anak menjadi musisi dengan memberikan komentar negatif mengenai musisi.
Ekspektasi yang berlebihan dari orang tua mengenai masa depan anak rupanya secara diam-diam dapat melukai psikologis anak. Namun dalam pikiran orang tua, ekspektasi tersebut untuk kebaikan anak. Anak akan bahagia jika menuruti apa yang telah orang tua rencanakan untuk mereka.
Sayangnya, ekspektasi berlebihan tanpa memikirkan posisi anak dapat membuat anak-anak terbebani dan akhirnya menjadi racun. Dan pola pengasuhan seperti ini kerap ditemukan pada pola parenting konvensional yang dilakukan oleh orang tua terdahulu. Jadi sudah saatnya kita memutus mata rantai pola pengasuhan seperti ini. - Merasa bersaing dengan anak
Bukan hanya merasa benar, ia juga sedang merasa bersaingan dengan anaknya. Alih-alih senang diengan keberhasilan anaknya justru membuat anak down, mengabaikannya dan merasa taksenang anak bahagia. - Membicarakan Keburukan di Depan Anak
Ciri toxic parents selanjutnya adalah orang tua membicarakan dan membahas keburukan anak di hadapannya. Jika hal ini terjadi, anak akan kehilangan kepercayaan diri, rendah diri, dan anak merasa dipermalukan.
Meskipun keburukan tersebut tidak secara langsung diungkap di depan anak, namun jika ia mendengar orang tua membicarakan keburukan tersebut kepada orang lain, tentunya anak akan menjadi malu. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. - Membentak Anak
Terkadang, orang tua juga kerap ‘kelepasan’ membentak anak ketika sedang marah. Bahkan ada juga orang tua yang menggunakan senjata membentak agar anak nurut dan disiplin. Padahal. cara tersebut justru salah. Jika terus menerus dilakukan, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar dan pemarah.
Mendisiplinkan anak dengan bentakan dan kemarahan tidak akan membuat anak menjadi takut dan nurut. Sebaliknya, tindakan tersebut dapat menjadi racun dalam pribadi anak di masa depan. - Egois
Ciri toxic parents selanjutnya adalah egois. Dalam hal ini, orang tua selalu mengukur sesuatu dengan perasaannya sendiri, tanpa memikirkan perasaan anak. Orang tua dengan tipe ini kerap mengasihani diri sendiri, seolah-olah perilaku anak yang tidak menurut membuat orang tua menderita.
Padahal, belum tentu anak tidak menurut karena membangkang. Bisa jadi dia hanya tidak dapat mengungkapkan keinginan dan perasaannya saja. Disinilah peran orang tua untuk membiasakan anak agar dapat mengungkapkan keinginan dengan cara yang baik. - Mengungkit Biaya-biaya
Ada juga orang tua yang terlihat ‘pamrih’ di hadapan anak. Orang tua selalu mengungkit tentang besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak. Hal ini dijadikan senjata agar anak menurut dan mengikuti kemauan orang tua. Tanpa terasa, hal ini dapat menjadi racun yang membebani anak.
Orang tua memang telah berkorban banyak untuk masa depan anak, namun tentu saja anak diperbolehkan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Hindari memaksa anak untuk menjadi apa yang orangtua inginkan. Karena jika hal ini sudah dirasakan oleh anak sejak kecil, maka anak akan rentan terhadap stres karena hidupnya terbebani. - Selalu menyalahkan anak
Ia menyalahkan semuanya pada anak atas apa yang ia lakukan. Apa yang dilakukan anak seperti apapun tidak cukup baginya. Selalu menyalahkan dan jarang mengapresiasi anak.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.