Ibu adalah sosok perempuan yang paling berjasa dalam kehidupan seorang anak. Kasih ibu sepanjang masa, begitulah peribahasa yang kita kenal untuk menggambarkan betapa besarnya kasih sayang ibu untuk anaknya, tak ada perumpamaan seindah apapun mungkin yang sebanding dengan realita kasih sayang yang ibu berikan dengan tulus kepada kita. Ibu adalah anggota keluarga yang berperan penting dalam mengatur semua terkait urusan rumah tangga, pendidikan anak, dan kesehatan seluruh keluarga.
Dengan demikian pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki aksesterhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana.
Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu. Negara berkembang termasuk Indonesia menyumbang 99% dari total kematian ibu. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama dan terbesar. Salah satu penyebab kematian ibu pada persalinan adalah perdarahan. Perdarahan dalam persalinan didefinisikan sebagai hilangnya darah sebanyak 500ml atau lebih dari organ-organ reproduksi saat bayi lahir. Beberapa penyebab Perdarahan persalinan :
Rupture Uteri
Ruptura uteri adalah robekan dinding Rahim akibat dilampauinya daya regang yang berlebihan. tanda gejalanya adalah :
1. Nyeri tajam pada perut bawah saat kontraksi hebat memuncak.
2. Perdarahan vagina
3. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek (sesak).
4. Bagian presentasi (yang berada di bawah misalnya bokong/kepala) dapat digerakkan diatas rongga panggul
5. Bagian janin lebih mudah dipalpasi (di raba)
6. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan denyut jantung janin sama sekali
7. Kemungkinan terjadi muntah
8. Nyeri tekan meningkat diseluruh perut
9. Perkembangan persalinan menurun
10. Perasaan ingin pingsan
11. Hematuri (kencing darah) karena kandung kencing teregang atau tertekan
Penyebab Terjadinya Ruptura Uteri
a. Kecelakaan, seperti jatuh dan tabrakan
b. Disproporsi janin (terlalu besar)
c. Disproporsi panggul (panggul sempit)
d. Partus macet (persalinan lama)
e. Trauma
f. Riwayat caesar
g. Abortus (keguguran) sebelumnya
h. Miomektomi (operasi pada rahim karena adanya tumor)
Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat penempelan plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Lemahnya kontraksi miometrium (lapisan dinding rahim) merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi (obat-obatan untuk merangsang kontraksi). Faktor–faktor kecenderungan terjadinya Atonia uteri meliputi :
1. Regangan rahim yang berlebihan dikarenakan Polihidramnion (air ketuban yang berlebihan), kehamilan kembar, janin besar dan lain-lain.
2. Proses Persalinan yang lama
3. Persalinan yang terlalu cepat
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Multiparitas/anak lebih dari 4
6. Ibu dengan usia yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
7. Anemia (kurang darah)
8. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
9. Bekas operasi Caesar.
10. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Tanda dan Gejala
1. Perdarahan segera setelah anak lahir
2. Perut terasa lembek atau tidak adanya kontraksi
3. Perut terlihat membesar
4. Kesadaran ibu menurun
Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir adalah terpotongnya/sobeknya selaput vagina, cincin selaput dara,serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul Robekan jalan lahir meliputi
1. Robekan serviks
Robekan yang terjadi pada persalinan di daerah mulut rahim.
2. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Penyebab robekan perineum yaitu kepala janin terlalu cepat lahir, pada perineum terdapat banyak jaringan parut, tidak mampu berhenti mengejan, kerapuhan pada perineum, bayi yang besar, kelahiran bokong dan lain-lain
Rentensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Beberapa faktor Penyebab retensio plasenta:
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih dalam.
b. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar
c. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan.
Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah salah satu komplikasi persalinan ketika bagian dari dinding rahim bagian atas (fundus) terbalik ke arah bawah bahkan terkadang sampai keluar menonjol sampai mulut rahim (serviks) dan ke dalam vagina. penyebab Terjadinya Inversio Uteri Biasanya, setelah melahirkan normal, kontraksi rahim akan menyebabkan plasenta terpisah dari dinding rahim. Hal ini biasanya terjadi dalam waktu lima sampai sepuluh menit setelah bayi lahir, meskipun mungkin memakan waktu lebih lama. Selama Anda tidak mengeluarkan banyak darah, dokter atau bidan dapat menunggu beberapa saat agar plasenta melepas dengan sendirinya.
Setelah mereka melihat tanda-tanda bahwa plasenta telah lepas, maka Anda akan dituntun untuk melahirkan plasenta. Perut bagian luar rahim akan ditekan dan satu tangan lainnya menegangkan tali pusat sampai akhirnya plasenta benar-benar terlahir. Jika plasenta tidak lepas dengan sendirinya selama 30 menit, maka dokter akan melakukan tindakan yang disebut dengan manual plasenta, prosedur ini dilakukan dengan memasukkan tangan penolong ke dalam rahim melalui vagina sampai uterus untuk mencapai plasenta dan melepaskannya dari dinding rahim. Terkadang, plasenta tidak terlepas dengan normal, dan upaya untuk melahirkan plasenta yang belum lepas ini bisa menyebabkan inversio uteri. Namun hal ini juga bisa terjadi tanpa didahulu oleh kondisi yang seperti ini. Beberapa faktor yang terkait dengan peningkatan risiko inversio uteri meliputi:
a. Persalinan sebelum waktunya
b. Persalinan yang lama (lebih dari 24 jam).
c. Penggunaan relaksan otot magnesium sulfat selama persalinan.
d. Tali pusat yang pendek.
e. Menarik terlalu keras tali pusat pada saat melahirkan plasenta, terutama jika plasenta melekat di fundus.
f. Plasenta akreta (plasenta yang menempel terlalu dalam ke dalam dinding rahim) sehingga sulit terlepas.
g. Kelainankongenital (bawaan) atau kelemahan dari rahim.
Tidak sedikit ibu yang bersalin mengalami perdarahan baik itu yang desebabkan oleh atonia uteri, rupture uteri, robekan jalan lahir, plasenta previa maupun inversio uteri. Hal ini menyebakan tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Penanganan dengan kasus ini harus ditangani oleh bidan berserta dokter kandungan di rumah sakit.
About : Citra Dewi Amd. Keb
Bidan Citra Dewi Am.Keb merupakan alumnus Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi angkatan 2016 yang lahir pada 15 juni 1995. Aktif sebagai Interactive Medical Advisor di www.curhatbidan.com. Bagi saya menjadi seorang bidan adalah pekerjaan mulia yang memberikan pelayanan dengan hati nurani. Bidan berperan dalam luang lingkup kesehatan dasar masyarakat. Mulai dari bayi, remaja, pasangan usia subur sampai lanjut usia. Saya berharap mampu memberikan pelayanan kesehatan keluarga anda.